Malam itu, pemandangan tak biasa terlihat dari kompleks TPM (Taman Pendidikan Masyrakat-Tanyoe). Biasanya tempat itu sepi tetapi kemarin malam mendadak ramai. Murid-murid TPM itu berdatangan satu persatu dengan orang tua mereka. tidak han
Tiga unit mobil perpustakaan keliling dari Badan
Arsip dan Perpustakaan Aceh Besar terparkir disebelah barat TPM. Disana juga
terdapat foto-foto tentang bencana Tsunami dan foto Penjajahan Kolonial Belanda
di Aceh terpajang dengan rapi dibawah stand ukuran 2x4 meter.
Badan Arsip dan Perpustakaan Aceh Besar mengadakan
pameran disana. Tetapi bukan pameran foto dan buku itu yang menyebabkan kemarin
malam itu ramai tiba-tiba.
Rabu malam, Badan Arsip memutar layar tancap. Film
Cut Nyak Dhien yang diputar disana. Murid-murid dan juga warga desa itu
menyaksikan layar tancap itu bagaikan orang-orang di kota-kota menyaksikan
bioskop-bioskop.
Badan Arsip dan Perpustakaan Aceh Besar mengadakan pameran itu selama dua hari yaitu mulai Rabu hingga Kamis, 21-22 Agustus 2013. Rambongan Arsip dan Perpustakaan itu tiba di desa Lambirah pada Rabu siang.
Badan Arsip dan Perpustakaan Aceh Besar mengadakan pameran itu selama dua hari yaitu mulai Rabu hingga Kamis, 21-22 Agustus 2013. Rambongan Arsip dan Perpustakaan itu tiba di desa Lambirah pada Rabu siang.
Bersama dengan warga desa setempat mereka menyiapkan berbagai macam persiapan
hingga pada pukul dua siang kemarin pameran itu dapat dibuka.Murid-murid TPM membaca bersama disana. Mereka
mulai berdatangan mulai pukul tiga siang. Buku yang aling diminati adalah buku
bacaan bergambar.
Tidak banyak harapan dari pihak penyelenggara itu.
Mereka menginginkan agar dapat meningkatkan budaya baca khususnya bagi
anak-anak. Pameran foto itu guna menampakkan kilas lalu tentang perjuangan
nenek moyang kita dalam mengusir penjajah dari bumi pertiwi ini.
Semoga saja flm Cut Nyak Dhien itu dapat memberikan
inspirasi bagi murid-murid TPM dalam melawan kebodohan yang terus menjajah kita
sekarang ini.
Malam kedua pun tiba.
Layar Tancap ukuran 1x1
meter milik Badan Arsip dan Perpustakaan Aceh Besar terpampang di kompleks TPM,
Kamis 22 Agustus 2013 silam. Di layar itu muncul video tentang bencana alam
Tsunami Aceh 2004 lalu. Badan Arsip dan Perpustakaan Aceh Besar pada hari kedua pameran buku dan foto yang diadakan di kompleks
TPM memutar film Tsunami.
Suasana hening pun melanda tempat itu pada saat
Murid TPM dan juga warga Desa Lambirah melihat dampak dari bencana tersebut
yang memporak-porandakan seluruh alam bahkan merenggut jutaan jiwa dalam
sekejap.
Tidak banyak yang berkomentar diantara para pemonton yang hadir disana. Sesekali muncul suara dalam keadaan hening itu yang berbunyi “subhanaalah” ketika melihat manusia yang sudah tak bernyawa lagi.
Tidak banyak yang berkomentar diantara para pemonton yang hadir disana. Sesekali muncul suara dalam keadaan hening itu yang berbunyi “subhanaalah” ketika melihat manusia yang sudah tak bernyawa lagi.
Dari sekian banyak murid TPM yang menonton flm itu,
salah satu dari murid TPM itu tidak menghiraukan film yang sedang dfiputar itu.
Anak itu akrab disapa Raja. Ia asik membaca buku bergambar dengan senter
dikepalanya dengan beberapa teman yang mengelilinginya.
saat film itu masih berlangsung, tidak semua orang
menikmati film tersebut. ada juga yang lebih memilih melihat foto pada galeri
foto pameran tersebut.
“Kami memilih memutar film Tsunami ini karena
anak-anak SD sekarang pada umumnya tidak lagi mengetahui tentang bencana alam
itu” kata salah seorang dari panitia pameran itu.
Setelah film Tsunami itu berakhir, panitia
melanjutkan acara selanjutnya yaitu mengadakan kuis untuk murid TPM. Peserta
yang mengikuti itu dibagi dalam tiga katagori yaitu dari TK hingga kelas 3 SD,
kemudian kelas 4 hingga 6 SD dan yang terakhir untuk katagori SMP.
Sekitar dua puluh murid TPM mendapat hadiah setelah
dapat menjawab pertanyaan dari panitia. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak
dapat lebih giat lagi belajar.
Untuk sesi selanjutnya, panitia memutar film “Bang
Joni/Kapluk” sebagai acara terakhir dari malam terakhir itu.
Suasana berubah total, sebelumnya hening kini para murid TPM dan warga desa itu tertawa terbahak setelah melihat aksi-aksi lucu yang diperankan oleh totoh-tokoh dalam film bang joni itu.
Suasana berubah total, sebelumnya hening kini para murid TPM dan warga desa itu tertawa terbahak setelah melihat aksi-aksi lucu yang diperankan oleh totoh-tokoh dalam film bang joni itu.