Anak-anak
itu berlarian ke satu arah, ke pekarangan serba hijau. Mereka berebutan memilih
alat bermain yang mereka sukai. Ada yang menaiki tangga melengkung, ada yang
berputar-putar sesukanya di putaran, ada yang berlomba menaiki bola ‘dunia,’
dan tentu tak kalah banyak yang mengantri untuk bermain ayunan dan
‘jungkat-jungkit. Sementara di samping ‘jungkat-jungkit, sekitar 10 orang
anak-anak perempuan berebutan menaiki perosotan dan tertawa girang saat mereka
merosot bersamaan, berhimpit-himpitan, hingga tindih menindih menyentuh tanah.
Begitulah
tingkah keceriaan anak-anak Lambirah dan sekitarnya, khususnya murid TPMT.
Begitulah ekspresi merekea saat mengetahui ada dua ayunan baru, dua jungkat
jungkit, dua putaran, dua ayunan bundar, dua ‘bola dunia,’ dua dua jembatan
lengkung, dan dua perosotan baru di pekarangan TPMT. Ditambah lagi dengan semua
alat tersebut berwarna sangat beraneka ragam, menyemarakkan suasana TPMT yang
sengaja dicat serba hijau, perpaduan serasi.
***
Alat bermain tersebut
merupakan hibah dari Badan Keluarga Sejahtera, Pemberdayaan Perempuan, dan
Perlindungan Anak (BKS, PP, dan PA) Kabupaten Aceh Besar kepada Pilot Project
Gampong Layak Anak (GLA), salah satunya adalah Gampong Lambirah. Berhubung Gampong
Lambirah terpilih sebagai salah satu desa Pilot Project GLA di Aceh Besar
karena pertimbangan keberadaan kegiatan TPMT yang sangat ramah dan layak anak,
maka keuchik dan seluruh perangkat Gampong Lambirah memilih menempatkan semua
alat bermain tersebut di pekarangan TPMT yang berdiri di atas tanah wakaf milik
Gampong.
“Biar semua anak-anak
bisa mengakses permainan dengan baik.” Begitulah penjelasan keuchik Gampong
Lambirah, Sukardi.
Niat baik itu tentu
disambut hangat oleh seluruh pengurus dan relawan pengajar TPMT. “Ini merupakan
keputusan yang sangat bijak. Dengan meletakkan alat bermain di pekarangan TPMT,
bukan hanya seluruh anak-anak desa Lambirah yang bisa mengakses alat bermain
tersebut, tapi juga seluruh anak-anak di kemukiman sungai Limpah berkesempatan
yang sama. Karena, untuk saat ini, murid yang belajar di TPMT sudah mencakup
seluruh desa di Kemukiman Sungai Limpah. Kami sangat bersyukur dan
berterimakasih kepada pihak pemerintah desa Lambirah untuk itu.” Ujar Husnul,
Dirut TPMT saat ditanyakan pendapatnya.
“Kami
sangat senang bisa bermain-main disini.” Ujar Rika, salah satu murid TPMT,
sambil menaiki prosotan dengan teman-temannya, teman-temannya juga mengangguk
cepat membenarkan saat ditanyakan perasaannya.
***
Sangking
semangatnya mereka bermain, belum sehari mainan itu dipasang, sudah ada
beberapa ayunan dan jungkat-jungkit yang mereng tak karuan. Pasalnya, semen cor
yang menegakkannya di tanah belum kering untuk menggenggam alat permainan
tersebut dari goncangan dan hentakan anak-anak. Namun, Alhamdulillah sekali,
ada seorang wali murid yang berniat baik mengecornya kembali ketika malam
datang. “kalau kita cor malam, akan ada sekitar beberapa jam untuk semen cornya
mengeras sebelum dihajar kembali oleh anak-anak.” Ucap Marzuki member solusi
terhadap keluhan pengurus TPMT yang mengkhawatirkan keselamatan murid-muridnya.
Entah
beliau menjalankan niat baiknya atau orang lain, yang jelas, ketika esoknya,
semua alat bermain tersebut sudah tegak kembali seperti sedia kala, ditambah
dengan semen cor dibawahnya yang menggunung, seperti disengaja, agar kuat
melindungi.
Melihat
hal itu, anak-anak kembali antusias seperti sedia kala. Setiap sebelum dan sesudah
belajar di TPMT, anak-anak selalu memilih untuk tidak pulang terlebih dahulu.
Mereka menghabiskan waktu sorenya dengan bermain sesuka hati di TPMT. Bahkan,
hingga ada yang terpaksa dijemput ibunya agar ia pulang, mandi, dan
bersiap-siap untuk pergi mengaji di Balai Pengajian An-Nur. “Pajan jitem woe lom, TPMT ka lage Taman
Sari ka. Watee jameun tanyoe, meutom tanging tan, adat jeut jit tanyoe-tanyoe
tamaen disinan. (mana mau pulang mereka ini, TPMT sudah seperti Taman Sari
saja. Waktu kami kecil dulu tidak ada alat bermain seperti ini, rasanya, jika
mungkin kami pun ingin bermain disini).” Ujar salah satu murid TPMT, Kak Dah
sambil tertawa geli, dan memanggil anak-anaknya pulang.