Rabu, 27 November 2013

Taman Sari Mungil di Lambirah

0 komentar

Anak-anak itu berlarian ke satu arah, ke pekarangan serba hijau. Mereka berebutan memilih alat bermain yang mereka sukai. Ada yang menaiki tangga melengkung, ada yang berputar-putar sesukanya di putaran, ada yang berlomba menaiki bola ‘dunia,’ dan tentu tak kalah banyak yang mengantri untuk bermain ayunan dan ‘jungkat-jungkit. Sementara di samping ‘jungkat-jungkit, sekitar 10 orang anak-anak perempuan berebutan menaiki perosotan dan tertawa girang saat mereka merosot bersamaan, berhimpit-himpitan, hingga tindih menindih menyentuh tanah.

Begitulah tingkah keceriaan anak-anak Lambirah dan sekitarnya, khususnya murid TPMT. Begitulah ekspresi merekea saat mengetahui ada dua ayunan baru, dua jungkat jungkit, dua putaran, dua ayunan bundar, dua ‘bola dunia,’ dua dua jembatan lengkung, dan dua perosotan baru di pekarangan TPMT. Ditambah lagi dengan semua alat tersebut berwarna sangat beraneka ragam, menyemarakkan suasana TPMT yang sengaja dicat serba hijau, perpaduan serasi.

***
Alat bermain tersebut merupakan hibah dari Badan Keluarga Sejahtera, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (BKS, PP, dan PA) Kabupaten Aceh Besar kepada Pilot Project Gampong Layak Anak (GLA), salah satunya adalah Gampong Lambirah. Berhubung Gampong Lambirah terpilih sebagai salah satu desa Pilot Project GLA di Aceh Besar karena pertimbangan keberadaan kegiatan TPMT yang sangat ramah dan layak anak, maka keuchik dan seluruh perangkat Gampong Lambirah memilih menempatkan semua alat bermain tersebut di pekarangan TPMT yang berdiri di atas tanah wakaf milik Gampong.

“Biar semua anak-anak bisa mengakses permainan dengan baik.” Begitulah penjelasan keuchik Gampong Lambirah, Sukardi.


Niat baik itu tentu disambut hangat oleh seluruh pengurus dan relawan pengajar TPMT. “Ini merupakan keputusan yang sangat bijak. Dengan meletakkan alat bermain di pekarangan TPMT, bukan hanya seluruh anak-anak desa Lambirah yang bisa mengakses alat bermain tersebut, tapi juga seluruh anak-anak di kemukiman sungai Limpah berkesempatan yang sama. Karena, untuk saat ini, murid yang belajar di TPMT sudah mencakup seluruh desa di Kemukiman Sungai Limpah. Kami sangat bersyukur dan berterimakasih kepada pihak pemerintah desa Lambirah untuk itu.” Ujar Husnul, Dirut TPMT saat ditanyakan pendapatnya.

“Kami sangat senang bisa bermain-main disini.” Ujar Rika, salah satu murid TPMT, sambil menaiki prosotan dengan teman-temannya, teman-temannya juga mengangguk cepat membenarkan saat ditanyakan perasaannya.
***

Sangking semangatnya mereka bermain, belum sehari mainan itu dipasang, sudah ada beberapa ayunan dan jungkat-jungkit yang mereng tak karuan. Pasalnya, semen cor yang menegakkannya di tanah belum kering untuk menggenggam alat permainan tersebut dari goncangan dan hentakan anak-anak. Namun, Alhamdulillah sekali, ada seorang wali murid yang berniat baik mengecornya kembali ketika malam datang. “kalau kita cor malam, akan ada sekitar beberapa jam untuk semen cornya mengeras sebelum dihajar kembali oleh anak-anak.” Ucap Marzuki member solusi terhadap keluhan pengurus TPMT yang mengkhawatirkan keselamatan murid-muridnya.

Entah beliau menjalankan niat baiknya atau orang lain, yang jelas, ketika esoknya, semua alat bermain tersebut sudah tegak kembali seperti sedia kala, ditambah dengan semen cor dibawahnya yang menggunung, seperti disengaja, agar kuat melindungi.


Melihat hal itu, anak-anak kembali antusias seperti sedia kala. Setiap sebelum dan sesudah belajar di TPMT, anak-anak selalu memilih untuk tidak pulang terlebih dahulu. Mereka menghabiskan waktu sorenya dengan bermain sesuka hati di TPMT. Bahkan, hingga ada yang terpaksa dijemput ibunya agar ia pulang, mandi, dan bersiap-siap untuk pergi mengaji di Balai Pengajian An-Nur. “Pajan jitem woe lom, TPMT ka lage Taman Sari ka. Watee jameun tanyoe, meutom tanging tan, adat jeut jit tanyoe-tanyoe tamaen disinan. (mana mau pulang mereka ini, TPMT sudah seperti Taman Sari saja. Waktu kami kecil dulu tidak ada alat bermain seperti ini, rasanya, jika mungkin kami pun ingin bermain disini).” Ujar salah satu murid TPMT, Kak Dah sambil tertawa geli, dan memanggil anak-anaknya pulang. 

Leave a Reply